Selasa, 30 Juli 2013

Tugas Multimedia BI Yessy Sri Mulyani


SILABUS  PEMBELAJARAN

Nama Sekolah           : SMA negeri 6 merangin
Mata Pelajaran          : Bahasa Indonesia
Kelas                           : X
Semester                     : 1
Standar Kompetensi : Mendengarkan
                                      5. Memahami puisi yang disampaikan secara langsung/tidak langsung



Kompetensi
Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator Pencapaian Kompetensi
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar/ dan alatnya
Teknik Penilaian
Bentuk
 Instrumen
Contoh
Instrumen
5.2. mengungkapkan isi suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman .
Rekaman puisi  yang berjenis tertentu atau di bacakan .
·         jenis puisi
·         isi puisi
·         tema
·         maksud puisi
·         mendengarkan pembacaan puisi
·         menidentifikasi jenis puisi
·         mendiskusikan isi puisi
·         melaporkan hasil diskusi
·         menyebut teme puisi yang didengar
·         menyebut jenis puisi yang didengar (ballada, elegi, roman, ode, himne, satire, dll)
·         menjelaskan maksud puisi
·         mengungkapkan maksud puisi dengan kata-kata sendiri
·         tes tertulis
·         tes lisan
·      uraian bebas
·      pilihan ganda
·      jawaban singkat
Tentukanlah:  jenis puisi,isi puisi, tema, dan makna yang terkandung di dalam puisi w.s rendra yang berjudul “ balada terbunuhnya Atmo Karpo”
4x40
·         Buku SMA mahir berbahasa indonesia kelas X P.Tukan
·         Buku puisi
·         Buku EYD
·         Kaset/CD
·         Rekaman
·         Dll



RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

SEKOLAH                         : SMA Negeri 6 merangin
MATA PELAJARAN       : Bahasa Indonesia
KELAS                               : X
SEMESTER                       : 1

1.      STANDAR KOMPETENSI :

Mendengarkan:  5. Memahami puisi yang disampaikan secara langsung/tidak langsung.
2.      KOMPETENSI DASAR :

5.2. Mengungkapkan isi suatu puisi yang disampaikan secara langsung  ataupun melalui rekaman.

3.      MATERI PEMBELAJARAN :

   Rekaman puisi yang berjenis tertentu atau yang dibacakan :
·         jenis puisi
·         isi puisi
·         tema
·         maksud puisi

4.      INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI       :

No
Indikator Pencapaian Kompetensi 
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa
Kewirausahaan/ Ekonomi Kreatif
1
Menyebutkan  tema puisi yang didengar
·   Bersahabat/ komunikatif
·   Tanggung jawab

·   Kepemimpinan
2
Menyebutkan jenis puisi yang didengar (balada, elegi, roman, ode, himne, dan satire)
3
Menjelaskan maksud puisi
4
Mengungkapkan isi puisi dengan kata-kata sendiri

5.      TUJUAN PEMBELAJARAN :

   Adapun tujuan pembelajaran yang hendak dicapai adalah
Siswa mampu :
·         Menyebutkan tema puisi yang didengar.
·         Menyebutkan jenis puisi yang didengar (balada, elegi, roman, ode, himne, dan satire).
·         Menjelaskan maksud puisi.
·         Mengungkapkan isi puisi dengan kata-kata sendiri.

6.      STRATEGI  PEMBELAJARAN

Tatap Muka
Terstruktur
Mandiri
·     unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman
·     contoh rekaman  puisi atau pembacaan langsung
·     Siswa Mengidentifikasikan (majas, rima, kata-kata berkonotasi dan bermakna lambang).

a.      Model pembelajaran

     Adapun model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran langsung. Model pembelajaran langsung menurut Arends (Trianto, 2011 : 29) adalah “Salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah”. Sejalan dengan Widaningsih, Dedeh (2010:150) bahwa pengetahuan prosedural yaitu pengetahuan mengenai bagaimana orang melakukan sesuatu, sedangkan pengetahuan deklaratif, yaitu pengetahuan tentang sesuatu. Pembelajaran langsung tidak sama dengan metode ceramah, tetapi ceramah dan resitasi (mengecek pemahaman dengan tanya jawab) berhubungan erat dengan model pembelajaran langsung. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam hal ini guru seyogyanya menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape recorder,  gambar,  peragaan, dan sebagainya. Model pembelajaran ini diambil berdasarkan metode pembelajarannya.

Berikut tabel pembelajaran langsung:
Fase dan Peran Guru dalam Model Pembelajaran Langsung
No
Fase
Peran Guru
1
Menyampaikan Tujuan Pembelajaran dan mempersiapkan siswa
Menjelaskan Tujuan, Materi Prasyarat, memotivasi siswa, dan mempersiapkan siswa
2
Mendemonstrasikan Pengetahuan dan Keterampilan
Mendemonstrasikan keterampilan atau menyajikan informasi tahap demi tahap
3
Membimbing Pelatihan
Guru memberi latihan terbimbing
4
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
Mengecek kemampuan siswa dan memberikan umpan balik
5
Memberikan latihan dan penerapan konsep
Mempersiapkan latihan untuk siswa dengan menerapkan konsep yang dipelajari pada kehidupan sehari-hari.

b.      Metode pembelajaran

Adapun metode pembelajaran yang akan dilakukan oleh siswa adalah  sebagai berikut :
§  Penugasan
§  Diskusi
§  Tanya Jawab
§  Ceramah
§  Demonstrasi

7.      Langkah-langkah kegiatan pembelajaran

No.
Kegiatan Belajar
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa
1.
Kegiatan Awal   :                             
a) guru mengecek kehadiran siswa
b) guru menjelaskan Tujuan Pembelajaran dan  menyiapakan siswa.
c) guru mendeskripsikan jenis-jenis puisi.
d) guru memberikan contoh soal pembelajaran

Bersahabat/ komunikatif
2.
Kegiatan Inti      :
F Eksplorasi
       Dalam tahap eksplorasi guru : Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber.

       Dalam kegiatan eksplorasi, hal yang akan dilakukan siswa adalah :
      a)  Mendengarkan puisi
      b)  Mengidentifikasi jenis puisi

F Elaborasi
      Dalam tahap elaborasi, guru : Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok

Dalam kegiatan elaborasi, hal yang dilakukan siswa adalah:
a)      Mendiskusikan isi puisi
b)      Melaporkan hasil diskusi

F  Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru : Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan.

Dalam kegiatan konfirmasi, hal yang dilakukan siswa adalah
a)      Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui
b)      Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui.







Mandiri , kreatif, berfikir logis dan kerjasama.





percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama




memahami kelebihan dan kekurangan
3.
Kegiatan Akhir   :
F Refleksi
F Guru menyimpulkan pembelajaran hari ini
F Guru memberikan tugas dirumah dan mengakhiri pelajaran
Bersahabat/ komunikatif





8.      Alokasi waktu pembelajaran :

·         4 x 40 menit

9.      Sumber belajar / Alat /Bahan

   Kegiatan pembelajaran akan berjalan dengan lancar apabila terdapatnya  sumber belajar, Alat ataupun bahan pertimbangannya, adapun sumber belajar nya adalah sebagai berikut :

·         rekaman puisi/ tape/kaset
·         buku panduan puisi
·         puisi yang dibacakan

10.  Penilaian :

a)        Jenis Tagihan  :
·          tugas individu                                              
·          Ulangan

b)     Bentuk Instrumen :
§  uraian bebas
§  pilihan ganda
§  jawaban singkat

c)      Contoh instrumen
Bacalah puisi berikut ini !
Balada Terbunuhnya Atmo Karpo
 Karya : W.S. Rendra

Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi
Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para
Mengepit kuat-kuat lutut menunggang perampok yang diburu
Surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang

Segenap warga desa mengepung hutan itu
Dalam satu pusaran pulang balik Atmo Karpo
Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang
Berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri

Satu demi satu yang maju terhadap darahnya
Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka.

Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal!
Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa
Majulah Joko Pandan! Di mana ia?
Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa.

Anak panah empat arah dan musuh tiga silang
Atmo Karpo tegak, luka tujuh liang.

Joko Pandan! Di mana ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.

Bedah perutnya tapi masih setan ia
Menggertak kuda, di tiap ayun menungging kepala

Joko Pandan! Di manakah ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa

Berberita ringkik kuda muncullah Joko Pandan
Segala menyibak bagi derapnya kuda hitam
Ridla dada bagi derunya dendam yang tiba
Pada langkah pertama keduanya sama baja
Pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo
Panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak angsoka

Malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka
Pesta bulan, sorak sorai, anggur darah

Joko Pandan menegak, menjilat darah di pedang
Ia telah membunuh bapanya


Tentukanlah jenis puisi , isi puisi, tema puisi  isi puisi , dan  maksud  puisi  yang terkandung di dalam puisi w.s rendra yang berjudul “ balada terbunuhnya Atmo    Karpo”
c.       Kunci  jawaban
·         Jenis puisi tersebut adalah puisi “balada” karena, berisi cerita maupun kisah tentang kejadian/pengalaman yang di alami seseorang.  .
·         Puisi ini berisi balada seorang perampok, Atmo Karpo, yang sedang dikepung para warga desa. Namun, ia tak mau menyerah begitu saja. Ia hadapi semua orang yang hendak menangkapnya. Darahpun tumpah, baik dari warga desa maupun Atmo Karpo. Ia pun berkali-kali memanggil nama Joko Pandan. Begitu muncul keduapun bertarung. Pada langkah ketiga, Atmo Karpo terkulai emas oleh luka di sekujur tubuhnya. Sorak-sorai para pasukan kerajaan pun menggema. Namun Joko Pandan tetap merasa menyesal, karena ia telah membunuh bapanya.

·         tema dari puisi “ balada terbunuhnya Atmo Karpo” karya : W.S Rendra adalah perjuangan
·         maksud yang terkandung di dalam puisi adalah Puisi itu mengisahkan tentang seorang perampok, Atmo Karpo, yang sedang diburu oleh semua warga. Sial baginya karena malam itu bulan menampak penuh menyinari malam (Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para). Sehingga Atmo Karpo pun tak bisa bersembunyi di balik pekatnya malam.
            Malam itu, Atmo Karpo hanya bisa Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang.
Tapi, bukan berarti dia menyerah begitu saja. Dia hadapi semua orang yang hendak menangkapnya. Sehingga darah pun tertumpah dan satu persatu pengejarnya rubuh tertebas. Bahkan dengan gagahnya, dia berkata kepada mereka, “Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal! Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa. Majulah Joko Pandan! Di mana ia? Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa.
Walaupun anak panah empat arah dan musuh tiga silang bertubi-tubi menyerangnya, Atmo Karpo tegak meski dengan luka tujuh liang. Bahkan telah bedah perutnya tapi masih setan ia. Dia pacu kudanya terus untuk menyibak malam, bahkan semakin kencang (Menggertak kuda, di tiap ayun menungging kepala).
Sembari memacu kudanya, berkali-kali dia memanggil Joko Pandan, “Joko Pandan! Di manakah ia! Hanya padanya seorang kukandung dosa.”
Hingga akhirnya muncullah sosok yang dia cari. Digambarkan di dalam puisi, bahwa lelaki itu datang dengan berkendara kuda hitam. Atmo Karpo pun merasa ridla dada bagi derunya dendam yang tiba.
Pertarungan sengit pun tak terelakkan. Pada langkah pertama keduanya sama baja. Namun, pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo. Sangat maklum karena sebelumnya Atmo Karpo telah bertarung dengan para pasukan kerajaan yang hendak menangkapnya. Sehingga, panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak angsoka.
Akhirnya tewaslah Atmo Karpo di tangan Joko Pandan. Joko Pandan menegak, menjilat darah di pedang. Tindakan itu dia lakukan karena ada kepercayaan bahwa seorang pembunuh jika telah meminum darah korbannya maka arwah si korban tidak akan bergentayangan menuntut balas.
Malam itu sorak sorai para pasukan kerajaan pun membahana, tetapi satu orang yang merasa menyesal, dialah Joko Pandan. Karena, ia telah membunuh bapanya.
Sebenarnya, Atmo Karpo bukanlah maling biasa. Dia adalah sosok pemberontak yang tak setuju dengan ketimpangan. Di satu sisi, kerajaan bergelimangan harta, tapi di sisi lain rakyat hidup sengsara. Maka, Atmo Karpo pun memilih menjadi maling kerajaan. Dia curi harta kerajaan dan dibagikan kepada rakyat miskin.

           KRITERIA PENILAIAN
NO
URAIAN
SKOR
1
Ketepatan siswa menjawab soal secara keseluruhan
60
2
Siswa menjawab sebagian siswa
30
3
Siswa menjawab soal dengan jawaban salah
10
4
Siswa tidak menjawab soal sama sekali
0
Jumlah
100

            Jumlah  SKOR : 100%                 








                                                                                                                                     Bangko, Rabu 26 desember 2012
    Mengetahui
                  Kepala SMA/MA                                                                                      Guru mata pelajaran                                                                                                            

     Dra. Sri mulyawanarti                                                                                     yessy sri mulyani SP.d
                                                                                                                                               
                NIP. 08012011201612                                                                                  NIP. 18021992180215



                                                                  


LAMPIRAN MATERI

1. Pengertian dan Definisi Puisi
      Menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984), puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat berhubungannya, dan sebagainya.Carlyle mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Penyair menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi.
Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan. Adapun Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-baur.Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Misalnya, dengan kiasan, dengan citra-citra, dan disusun secara artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-katanya tepat, dan sebagainya), dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti musik (pergantian bunyi kata-katanya berturu-turut secara teratur).Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai. Semuanya merupakan detik-detik yang paling indah untuk direkam.
Dari definisi-definisi di atas memang seolah terdapat perbedaan pemikiran, namun tetap terdapat benang merah. Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:7) menyimpulkan bahwa pengertian puisi di atas terdapat garis-garis besar tentang puisi itu sebenarnya. Unsur-unsur itu berupa emosi, imajinas, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur.
2. Unsur-Unsur Puisi
      Secara sederhana, batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu kata, larik , bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah puisi. Secara singkat bisa diuraikan sebagai berikut.Kata adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang dipilih diformulasi menjadi sebuah larik.Larik (atau baris) mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat buat, tapi pada puisi baru tak ada batasan.
     Bait merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait biasanya empat buah, tetapi pada puisi baru tidak dibatasi.Bunyi dibentuk oleh rima dan irama. Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait. Sedangkan irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut dan bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata. Dari sini dapat dipahami bahwa rima adalah salah satu unsur pembentuk irama, namun irama tidak hanya dibentuk oleh rima. Baik rima maupun irama inilah yang menciptakan efek musikalisasi pada puisi, yang membuat puisi menjadi indah dan enak didengar meskipun tanpa dilagukan.Makna adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait. Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi penulis puisi disampaikan.
Berikut ini merupakan beberapa pendapat mengenai unsur-unsur puisi:
  1. Richards (dalam Tarigan, 1986) mengatakan bahwa unsur puisi terdiri dari (1) hakikat puisi yang melipuiti tema (sense), rasa (feeling), amanat (intention), nada (tone), serta (2) metode puisi yang meliputi diksi, imajeri, kata nyata, majas, ritme, dan rima.
  2. Waluyo (1987) yang mengatakan bahwa dalam puisi terdapat struktur fisik atau yang disebut pula sebagai struktur kebahasaan dan struktur batin puisi yang berupa ungkapan batin pengarang.
  3. Altenberg dan Lewis (dalam Badrun, 1989:6), meskipun tidak menyatakan secara jelas tentang unsur-unsur puisi, namun dari outline buku mereka bisa dilihat adanya (1) sifat puisi, (2) bahasa puisi: diksi, imajeri, bahasa kiasan, sarana retorika, (3) bentuk: nilai bunyi, verifikasi, bentuk, dan makna, (4) isi: narasi, emosi, dan tema.
  4. Dick Hartoko (dalam Waluyo, 1987:27) menyebut adanya unsur penting dalam puisi, yaitu unsur tematik atau unsur semantik puisi dan unsur sintaksis puisi. Unsur tematik puisi lebih menunjuk ke arah struktur batin puisi, unsur sintaksis menunjuk ke arah struktur fisik puisi.
  5. Meyer menyebutkan unsur puisi meliputi (1) diksi, (2) imajeri, (3) bahasa kiasan, (4) simbol, (5) bunyi, (6) ritme, (7) bentuk (Badrun, 1989:6).
       Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur puisi meliputi (1) tema, (2) nada, (3) rasa, (4) amanat, (5) diksi, (6) imaji, (7) bahasa figuratif, (8) kata konkret, (9) ritme dan rima. Unsur-unsur puisi ini, menurut pendapat Richards dan Waluyo dapat dipilah menjadi dua struktur, yaitu struktur batin puisi (tema, nada, rasa, dan amanat) dan struktur fisik puisi (diksi, imajeri, bahasa figuratif, kata konkret, ritme, dan rima).
Berdasarkan pendapat Richards, Siswanto dan Roekhan (1991:55-65) menjelaskan unsur-unsur puisi bisa dibedakan menjadi dua struktur, yaitu struktur batin dan struktur fisik.
a. Struktur Batin Puisi
    Struktur batin puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal sebagai berikut.
  1. Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
  2. Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
  3. Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
  4. Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari  sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.
b. Struktur Fisik Puisi
      Struktur fisik puisi, atau terkadang disebut pula metode puisi, adalah sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik puisi meliputi hal-hal sebagai berikut.
  1. Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
  2. Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
  3. Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
  4. Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll, sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
  5. Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
  6. Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92]), dan (3) pengulangan kata/ungkapan. Ritma adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
  7. Gaya bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Gaya bahasa disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora,simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora,pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto,totem pro parte, hingga paradoks.
  8. Rima/Irama adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup:
    • Onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.)
    • Bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya
    • Pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Rima sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
3. Jenis-Jenis Puisi
  Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.
    a. Puisi Lama
     Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan-aturan itu antara lain :
  • Jumlah kata dalam 1 baris
  • Jumlah baris dalam 1 bait
  • Persajakan (rima)
  • Banyak suku kata tiap baris
  • Irama
   Ciri puisi lama:
  • Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
  • Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
  • Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
   Jenis-jenis puisi lama:
  • Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
  • Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
  • Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
  • Seloka adalah pantun berkait.
  • Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
  • Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
  • Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
      b. Puisi Baru
      Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
     Ciri-ciri Puisi Baru:
  • Bentuknya rapi, simetris;
  • Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
  • Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
  • Sebagian besar puisi empat seuntai;
  • Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
  • Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar): 4-5 suku kata.
    Jenis-jenis puisi baru menurut isinya, puisi dibedakan atas:
  • Balada adalah puisi berisi kisah/cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya.
  • Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Ciri-cirinya adalah lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau almamater (Pemandu di Dunia Sastra). Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernapaskan ketuhanan.
  • Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
  • Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Epigram berasal dari Bahasa Yunani epigramma yang berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
  • Romansa adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Berasal dari bahasa Perancis Romantique yang berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra.
  • Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Berisi sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang.
  • Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik. Berasal dari bahasa Latin Satura yang berarti sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan.
Contoh dari Jenis-jenis Puisi Baru menurut isinya:

a) BALADA

Balada Terbunuhnya Atmo Karpo
 Karya : W.S. Rendra

Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi
Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para
Mengepit kuat-kuat lutut menunggang perampok yang diburu
Surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang

Segenap warga desa mengepung hutan itu
Dalam satu pusaran pulang balik Atmo Karpo
Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang
Berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri

Satu demi satu yang maju terhadap darahnya
Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka.

Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal!
Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa
Majulah Joko Pandan! Di mana ia?
Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa.

Anak panah empat arah dan musuh tiga silang
Atmo Karpo tegak, luka tujuh liang.

Joko Pandan! Di mana ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.

Bedah perutnya tapi masih setan ia
Menggertak kuda, di tiap ayun menungging kepala

Joko Pandan! Di manakah ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa

Berberita ringkik kuda muncullah Joko Pandan
Segala menyibak bagi derapnya kuda hitam
Ridla dada bagi derunya dendam yang tiba
Pada langkah pertama keduanya sama baja
Pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo
Panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak angsoka

Malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka
Pesta bulan, sorak sorai, anggur darah

Joko Pandan menegak, menjilat darah di pedang
Ia telah membunuh bapanya


b) HYMNE

karya : Saini S.K

Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.

c) ODE

Generasi Sekarang
Karya : Asmara hadi

Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa

Menciptakan kemegahan baru
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia

d) EPIGRAM
Karya : Iqbal

Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.






           e) ELEGI

Karya : chairil anwar

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
f) SATIRE

Karya : rendra

Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidad penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.

       c. Puisi Kontemporer
        Kata kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai dengan perkembangan zaman atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan zaman. Selain itu, puisi kontemporer dapat diartikan sebagai puisi yang lahir dalam kurun waktu terakhir. Puisi kontemporer berusaha lari dari ikatan konvensional puisi iti sendiri. Puisi kontemporer seringkali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan santun bahasa, memakai kata-kata makin kasar, ejekan, dan lain-lain. Pemakaian kata-kata simbolik atau lambing intuisi, gaya bahasa, irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu penting lagi.
    Tokoh-tokoh puisi kontemporer di Indonesia saat ini, yaitu sebagai berikut:
  • Sutardji Calzoum Bachri dengan tiga kumpulan puisinya O, Amuk, dan O Amuk Kapak
  • Ibrahim Sattah dengan kumpulan puisinya Hai Ti
  • Hamid Jabbar dengan kumpulan puisinya Wajah Kita
    Puisi kontemporer dibedakan menjadi 3 yaitu
  1. Puisi mantra adalah puisi yang mengambil sifat-sifat mantra. Sutardji Calzoum Bachri adalah orang yang pertama memperkenalkan puisi mantra dalam puisi kontemporer. Ciri-ciri mantra adalah:
    • Mantra bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk dipahami melainkan sesuatu yang disajikan untuk menimbulkan akibat tertentu
    • Mantra berfungsi sebagai penghubung manusia dengan dunia misteri
    • Mantra mengutamakan efek atau akibat berupa kemanjuran dan kemanjuran itu terletak pada perintah.
  2. Puisi mbeling adalah bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang dimaksud ialah ketentuan-ketentuan yang umum berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul pertama kali dalam majalah Aktuil yang menyediakan lembar khusus untuk menampung sajak, dan oleh pengasuhnya yaitu Remy Silado, lembar tersebut diberi nama "Puisi Mbeling". Kata-kata dalam puisi mbeling tidak perlu dipilih-pilih lagi. Dasar puisi mbeling adalah main-main. Ciri-ciri puisi mbeling adalah mengutamakan unsur kelakar; pengarang memanfaatkan semua unsur puisi berupa bunyi, rima, irama, pilihan kata dan tipografi untuk mencapai efek kelakar tanpa ada maksud lain yang disembunyikan (tersirat).
  3. Puisi konkret adalah puisi yang disusun dengan mengutamakan bentuk grafis berupa tata wajah hingga menyerupai gambar tertentu. Puisi seperti ini tidak sepenuhnya menggunakan bahasa sebagai media. Di dalam puisi konkret pada umumnya terdapat lambang-lambang yang diwujudkan dengan benda dan/atau gambar-gambar sebagai ungkapan ekspresi penyairnya.
4. Menganalisis Puisi
    Ada 2 teknik menganalisa puisi. Yaitu:
    a. Menyebutkan tema puisi
    Tema puisi adalah dasar, jiwa, atau isu utama yang menjadi pijakan terciptanya puisi. Tema puisi merupakan salah satu unsur intrinsik puisi. Unsur intrinsik puisi adalah unsur-unsur yang ada dalam puisi, baik tersurat maupun tersirat. Unsur-unsur tersebut, antara lain,tema, diksi, rima, makna, dan amanat. Untuk memahami tema puisi, Anda harus memahami unsur-unsur intrinsik puisi tersebut.
    b. Menjelaskan makna puisi
    Makna puisi adalah arti atau maksud atau isi yang terkandung dalam puisi yang dapat ditangkap oleh pembaca sesuai tingkat pengalaman dan pengetahuannya. Oleh karena itu, makna puisi akan berbeda-beda manakala penafsirnya tidak sama. Bahkan, bukan tidak mungkin akan bertolak belakang. Dalam penafsiran, pasti akan ada unsur subjektivitas. Kedewasaan, kemantapan pengalaman, dan pengetahuan penafsir akan menentukan mutu rumusan makna puisi. Dengan demikian, hanya penyairnya yang tahu makna persis puisi tersebut.
Beberapa hal yang berkaitan dengan apresiasi puisi adalah pemahaman terhadap unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik puisi meliputi tema, diksi, bait/larik, rima, makna, amanat. Adapun unsur ekstrinsiknya adalah latar belakang penulis, keadaan masyarakat pada saat puisi tersebut digubah, sosial, politik, adat, dan sebagainya.
5. Membaca Puisi
   Membaca puisi merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mengapresiasi atau menghargai, menghayati, dan menikmatinya. Dalam pembacaan puisi perlu diperhatikan lafal, tekanan/stres, intonasi, volume suara, dan penampilan/performa yang mencakup gaya dan sikap (untuk pembacaan yang disaksikan langsung atau di atas panggung).
  • Lafal adalah cara seseorang mengucapkan atau menuturkan bunyi bahasa. Jika lafal seseorang baik, aka bunyi bahasa yang diucapkannya akan mudah dan jelas ditangkap oleh pendengar.
  • Tekanan/stres/aksen adalah keras lembutnya pengucapan kata, kalimat, atau baris dalam puisi. Maksud adanya aksentuasi adalah untuk menegaskan bagian-bagian yang dirasa lebih penting daripada bagian lain.
  • Intonasi atau lagu kalimat adalah ketepatan tinggi rendah nada dalam pembacaan puisi sehingga suara pembaca tidak monoton tetapi berirama. Intonasi sebenarnya merupakan gabungan dari berbagai unsur, di antaranya nada, tempo, irama/ritme, tekanan, dan volume suara.
      MATERI PELAJARAN YANG DIBAHAS
        Herman J.Waluyo dalam bukunya apresiasi puisi pelajar dan mahasiswa (2003:1) menyatakan bahwa puisi adalah karya saatra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi rima dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Puisi sebagai salah satu karya sastra memiliki ciri-ciri yang juga dimiliki karya sastra yang lain, yaitu bahasa yang imajinatif. Ini merupakan ciri khas puisi karena kekuatan puisi terletak pada kata-katanya. Sebagai contoh berikut adalalah sebuah puisi yang akan ditentukan temanya, jenis puisinya, isi yang terkandung didalam puisi dan maksud puisi tersebut.
      
Pesan Bumi
Andai bukan 5 miliar manusia menghuni bumi
melainkan 5 miliar binatang tak punya hati
traumakah kau?
setiap jengkal (tanah) yang kau temui
adalah kehancuran hari esok
perut bumi dibor dan diledakkan
membagi kotoran
atas tanah, sungai, laut, udara
Di sana ada hujan asam
ozon pun rusak
bumi makin panas
berapa waktu yang kenal usia
berapa umat yang perlu dibudidayakan
agar tak cemaskan kecemaran lingkungan
Sadarlah!
bahwa kehidupan dan alam ada dalam satu harmoni
mestinya dijaga kelestariannya
                                                                                     (Jarot Wuryanto-Bogor)
Sumber: Apresiasi Puisi remaja: Catatan mengolah Cinti, Riris K. Toha
Sarumpaet, Gransindo. Jakarta, 2002:224

a)      Menentukan jenis puisi   
        Tahap pertama yang dilakukan adalah menentukan jenis puisi apa yang dibacakan, jenis puisi baru berdasarkan isinya adalah sebagai berikut:

a) Balada adalah puisi berisi kisah/cerita
b) Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan
c) Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa
d) Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup
e) Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih
f) Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan
g) Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik

setelah melihat secara keseluruhan jenis puisi maka dapatlah di tentukan jenis apa puisi tersebut, yakni puisi di atas merupakan jenis puisi “ Epigram” yakni puisi yang berisi tentang ajran hidup
`
b)     Menentukan Tema Puisi
    Tahap berikutnya adalah menentukan tema puisi tersebut. Puisi mengandung informasi, baik berupa informasi kejadian atau peristiwa yang diolah oleh penyair. Peristiwa itu bukan peristiwa biasa, melainkan peristiwa yant telah dipikirkan dan direnungkan. Pemikiran dan perenungan itu didasari pula oleh falsafah hidup, lingkungan, agama, pekerjan, serta pendidikan penyair, informasi inti inilah yang kemudian kita kenal dengan tema puisi.
Untuk penentuan tema, yang pertama kita lakukan adalah melengkap setiap baris bait puisi dengan kata atau frase sehingga membentuk kalimat. Proses ini dilakukan terhadap sejumlah baris dan bait, dengan kata lain, baris menghasilkan paragraf. Kemudian, kita parafrasakan hasil pada tahap tadi ke dalam bentuk prosa dengan bahasa kita sendiri.
      Tema puisi diatas adalah “Lingkungan”

c)      Menentukan isi pusi
  Tahap berikutnya adalah menentukan isi puisi, puisi tersebut berisi tentang apa dan kejadian yang digambarkan seperti apa. Semua itu teramkum secara keseluruhan.

d)     Menentukan  maksud puisi
Penyair melalui karyanya ingin menyampaikan sesuatu kepada pembaca. Penyampaian tersebut dilakukan dengan caranya sendiri. Di balik pengungkapan itu ada makna yang hendak disampaikan kepada pembaca.

Penyair memiliki maksud dan tujuan tertentu dalam menulis puisi. Bisa sekedar memenuhi kebutuhan pribadi, bisa pula kepentingan untuk pembaca. Maksud dan tujuan ini biasanya tegantung pula pada pengalaman pribadinya. Misalnya, penyair yang berprofesi sebagai guru pada umumnya pesan yang hendak disampaikan berupa hal-hal yang bersifat mendidik para pembaca.