SILABUS
PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SMA negeri 6 merangin
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas :
X
Semester :
1
Standar Kompetensi : Mendengarkan
5.
Memahami puisi yang disampaikan secara langsung/tidak langsung
Kompetensi
Dasar
|
Materi
Pembelajaran
|
Kegiatan
Pembelajaran
|
Indikator
Pencapaian Kompetensi
|
Penilaian
|
Alokasi
Waktu
|
Sumber
Belajar/ dan alatnya
|
||
Teknik Penilaian
|
Bentuk
Instrumen
|
Contoh
Instrumen
|
||||||
5.2. mengungkapkan isi suatu puisi yang disampaikan
secara langsung ataupun melalui rekaman .
|
Rekaman puisi yang berjenis tertentu atau di bacakan .
·
jenis puisi
·
isi puisi
·
tema
·
maksud puisi
|
·
mendengarkan
pembacaan puisi
·
menidentifikasi
jenis puisi
·
mendiskusikan
isi puisi
·
melaporkan
hasil diskusi
|
·
menyebut teme
puisi yang didengar
·
menyebut jenis
puisi yang didengar (ballada, elegi, roman, ode, himne, satire, dll)
·
menjelaskan
maksud puisi
·
mengungkapkan
maksud puisi dengan kata-kata sendiri
|
·
tes tertulis
·
tes lisan
|
· uraian bebas
· pilihan ganda
· jawaban singkat
|
Tentukanlah: jenis puisi,isi
puisi, tema, dan makna yang terkandung di dalam puisi w.s rendra yang
berjudul “ balada terbunuhnya Atmo Karpo”
|
4x40
|
·
Buku SMA mahir berbahasa indonesia kelas X P.Tukan
·
Buku puisi
·
Buku EYD
·
Kaset/CD
·
Rekaman
·
Dll
|
RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
(RPP)
SEKOLAH : SMA Negeri 6
merangin
MATA PELAJARAN : Bahasa Indonesia
KELAS : X
SEMESTER : 1
1.
STANDAR KOMPETENSI :
Mendengarkan: 5. Memahami
puisi yang disampaikan secara langsung/tidak langsung.
2.
KOMPETENSI DASAR :
5.2. Mengungkapkan isi suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman.
3.
MATERI PEMBELAJARAN :
Rekaman puisi yang berjenis tertentu atau
yang dibacakan :
·
jenis puisi
·
isi puisi
·
tema
·
maksud puisi
4.
INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI :
No
|
Indikator Pencapaian Kompetensi
|
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa
|
Kewirausahaan/ Ekonomi
Kreatif
|
1
|
Menyebutkan
tema puisi yang didengar
|
·
Bersahabat/ komunikatif
·
Tanggung jawab
|
·
Kepemimpinan
|
2
|
Menyebutkan jenis puisi yang didengar (balada, elegi,
roman, ode, himne, dan satire)
|
||
3
|
Menjelaskan maksud puisi
|
||
4
|
Mengungkapkan
isi puisi dengan kata-kata sendiri
|
5.
TUJUAN PEMBELAJARAN :
Adapun tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai adalah
Siswa mampu :
·
Menyebutkan tema puisi yang didengar.
·
Menyebutkan jenis puisi yang didengar (balada,
elegi, roman, ode, himne, dan satire).
·
Menjelaskan maksud puisi.
·
Mengungkapkan
isi puisi dengan kata-kata sendiri.
6.
STRATEGI PEMBELAJARAN
Tatap Muka
|
Terstruktur
|
Mandiri
|
· unsur-unsur
bentuk suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman
|
· contoh
rekaman puisi atau pembacaan langsung
|
· Siswa Mengidentifikasikan (majas,
rima, kata-kata berkonotasi dan bermakna lambang).
|
a.
Model pembelajaran
Adapun model pembelajaran yang digunakan
adalah model pembelajaran langsung. Model pembelajaran langsung menurut
Arends (Trianto, 2011 : 29) adalah “Salah satu pendekatan mengajar yang
dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik
yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi
selangkah”. Sejalan dengan Widaningsih, Dedeh (2010:150) bahwa pengetahuan
prosedural yaitu pengetahuan mengenai bagaimana orang melakukan sesuatu,
sedangkan pengetahuan deklaratif, yaitu pengetahuan tentang sesuatu.
Pembelajaran langsung tidak sama dengan metode ceramah, tetapi ceramah dan
resitasi (mengecek pemahaman dengan tanya jawab) berhubungan erat dengan model
pembelajaran langsung. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam hal
ini guru seyogyanya menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape
recorder, gambar, peragaan, dan sebagainya. Model pembelajaran ini
diambil berdasarkan metode pembelajarannya.
Berikut tabel pembelajaran langsung:
Fase dan Peran Guru dalam Model Pembelajaran Langsung
No
|
Fase
|
Peran Guru
|
1
|
Menyampaikan Tujuan Pembelajaran dan mempersiapkan
siswa
|
Menjelaskan Tujuan, Materi Prasyarat, memotivasi
siswa, dan mempersiapkan siswa
|
2
|
Mendemonstrasikan Pengetahuan dan Keterampilan
|
Mendemonstrasikan keterampilan atau menyajikan
informasi tahap demi tahap
|
3
|
Membimbing Pelatihan
|
Guru memberi latihan terbimbing
|
4
|
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
|
Mengecek kemampuan siswa dan memberikan umpan balik
|
5
|
Memberikan latihan dan penerapan konsep
|
Mempersiapkan latihan untuk siswa dengan menerapkan
konsep yang dipelajari pada kehidupan sehari-hari.
|
b. Metode
pembelajaran
Adapun
metode pembelajaran yang akan dilakukan oleh siswa adalah sebagai berikut :
§
Penugasan
§
Diskusi
§
Tanya
Jawab
§
Ceramah
§
Demonstrasi
7.
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran
No.
|
Kegiatan Belajar
|
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa
|
|
1.
|
Kegiatan
Awal :
a) guru mengecek kehadiran siswa
b) guru menjelaskan Tujuan
Pembelajaran dan menyiapakan siswa.
c) guru mendeskripsikan jenis-jenis
puisi.
d) guru memberikan contoh soal
pembelajaran
|
Bersahabat/
komunikatif
|
|
2.
|
Kegiatan
Inti :
F
Eksplorasi
Dalam tahap eksplorasi guru :
Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang
topik/tema materi yang dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang
jadi guru dan belajar dari aneka sumber.
Dalam kegiatan eksplorasi, hal yang akan
dilakukan siswa adalah :
a) Mendengarkan
puisi
b)
Mengidentifikasi jenis puisi
F
Elaborasi
Dalam tahap elaborasi, guru : Memfasilitasi
peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok
Dalam kegiatan elaborasi, hal yang
dilakukan siswa adalah:
a) Mendiskusikan
isi puisi
b) Melaporkan
hasil diskusi
F Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru :
Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman
belajar yang telah dilakukan.
Dalam kegiatan konfirmasi, hal yang dilakukan siswa
adalah
a) Menyimpulkan
tentang hal-hal yang belum diketahui
b) Menjelaskan
tentang hal-hal yang belum diketahui.
|
Mandiri
, kreatif, berfikir logis dan kerjasama.
percaya
diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama
memahami
kelebihan dan kekurangan
|
|
3.
|
Kegiatan
Akhir :
F Refleksi
F Guru
menyimpulkan pembelajaran hari ini
F Guru
memberikan tugas dirumah dan mengakhiri pelajaran
|
Bersahabat/
komunikatif
|
|
8.
Alokasi waktu pembelajaran :
·
4 x 40 menit
9.
Sumber belajar / Alat /Bahan
Kegiatan pembelajaran akan berjalan dengan
lancar apabila terdapatnya sumber
belajar, Alat ataupun bahan pertimbangannya, adapun sumber belajar nya adalah
sebagai berikut :
·
rekaman puisi/ tape/kaset
·
buku panduan puisi
·
puisi yang dibacakan
10. Penilaian :
a)
Jenis Tagihan :
·
tugas individu
·
Ulangan
b)
Bentuk Instrumen :
§ uraian bebas
§ pilihan ganda
§
jawaban singkat
c)
Contoh instrumen
Bacalah puisi berikut
ini !
Balada Terbunuhnya
Atmo Karpo
Karya : W.S. Rendra
Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi
Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para
Mengepit kuat-kuat lutut menunggang perampok yang diburu
Surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang
Segenap warga desa mengepung hutan itu
Dalam satu pusaran pulang balik Atmo Karpo
Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang
Berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri
Satu demi satu yang maju terhadap darahnya
Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka.
Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal!
Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa
Majulah Joko Pandan! Di mana ia?
Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa.
Anak panah empat arah dan musuh tiga silang
Atmo Karpo tegak, luka tujuh liang.
Joko Pandan! Di mana ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Bedah perutnya tapi masih setan ia
Menggertak kuda, di tiap ayun menungging kepala
Joko Pandan! Di manakah ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa
Berberita ringkik kuda muncullah Joko Pandan
Segala menyibak bagi derapnya kuda hitam
Ridla dada bagi derunya dendam yang tiba
Pada langkah pertama keduanya sama baja
Pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo
Panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak angsoka
Malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka
Pesta bulan, sorak sorai, anggur darah
Joko Pandan menegak, menjilat darah di pedang
Ia telah membunuh bapanya
Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi
Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para
Mengepit kuat-kuat lutut menunggang perampok yang diburu
Surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang
Segenap warga desa mengepung hutan itu
Dalam satu pusaran pulang balik Atmo Karpo
Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang
Berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri
Satu demi satu yang maju terhadap darahnya
Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka.
Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal!
Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa
Majulah Joko Pandan! Di mana ia?
Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa.
Anak panah empat arah dan musuh tiga silang
Atmo Karpo tegak, luka tujuh liang.
Joko Pandan! Di mana ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Bedah perutnya tapi masih setan ia
Menggertak kuda, di tiap ayun menungging kepala
Joko Pandan! Di manakah ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa
Berberita ringkik kuda muncullah Joko Pandan
Segala menyibak bagi derapnya kuda hitam
Ridla dada bagi derunya dendam yang tiba
Pada langkah pertama keduanya sama baja
Pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo
Panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak angsoka
Malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka
Pesta bulan, sorak sorai, anggur darah
Joko Pandan menegak, menjilat darah di pedang
Ia telah membunuh bapanya
Tentukanlah jenis
puisi , isi puisi, tema puisi isi puisi ,
dan maksud puisi yang
terkandung di dalam puisi w.s rendra yang berjudul “ balada terbunuhnya Atmo Karpo”
c.
Kunci jawaban
·
Jenis puisi tersebut adalah puisi “balada”
karena, berisi cerita maupun kisah tentang kejadian/pengalaman yang di alami seseorang. .
·
Puisi ini berisi balada seorang
perampok, Atmo Karpo, yang sedang dikepung para warga desa. Namun, ia tak mau
menyerah begitu saja. Ia hadapi semua orang yang hendak menangkapnya. Darahpun
tumpah, baik dari warga desa maupun Atmo Karpo. Ia pun berkali-kali memanggil
nama Joko Pandan. Begitu muncul keduapun bertarung. Pada langkah ketiga, Atmo
Karpo terkulai emas oleh luka di sekujur tubuhnya. Sorak-sorai para pasukan
kerajaan pun menggema. Namun Joko Pandan tetap merasa menyesal, karena ia telah
membunuh bapanya.
·
tema
dari puisi “ balada terbunuhnya Atmo Karpo” karya : W.S Rendra adalah
perjuangan
·
maksud yang
terkandung di dalam puisi adalah Puisi itu mengisahkan tentang seorang
perampok, Atmo Karpo, yang sedang diburu oleh semua warga. Sial baginya karena
malam itu bulan menampak penuh menyinari malam (Bulan berkhianat
gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para). Sehingga Atmo Karpo
pun tak bisa bersembunyi di balik pekatnya malam.
Malam itu, Atmo Karpo
hanya bisa Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang
malang.
Tapi, bukan berarti
dia menyerah begitu saja. Dia hadapi semua orang yang hendak
menangkapnya. Sehingga darah pun tertumpah dan satu persatu pengejarnya rubuh
tertebas. Bahkan dengan gagahnya, dia berkata kepada mereka, “Nyawamu
barang pasar, hai orang-orang bebal! Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang
papa. Majulah Joko Pandan! Di mana ia? Majulah ia kerna padanya seorang
kukandung dosa.“
Walaupun anak
panah empat arah dan musuh tiga silang bertubi-tubi menyerangnya, Atmo
Karpo tegak meski dengan luka tujuh liang. Bahkan
telah bedah perutnya tapi masih setan ia.
Dia pacu kudanya terus untuk menyibak malam, bahkan semakin kencang (Menggertak
kuda, di tiap ayun menungging kepala).
Sembari memacu kudanya,
berkali-kali dia memanggil Joko Pandan, “Joko Pandan! Di
manakah ia! Hanya padanya seorang kukandung dosa.”
Hingga akhirnya muncullah
sosok yang dia cari. Digambarkan di dalam puisi, bahwa lelaki itu datang dengan
berkendara kuda hitam. Atmo Karpo pun merasa ridla dada bagi derunya
dendam yang tiba.
Pertarungan sengit
pun tak terelakkan. Pada langkah pertama keduanya sama baja.
Namun, pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo. Sangat
maklum karena sebelumnya Atmo Karpo telah bertarung dengan para pasukan
kerajaan yang hendak menangkapnya. Sehingga, panas luka-luka,
terbuka daging kelopak-kelopak angsoka.
Akhirnya tewaslah Atmo Karpo
di tangan Joko Pandan. Joko Pandan menegak, menjilat darah di
pedang. Tindakan itu dia lakukan karena ada kepercayaan bahwa
seorang pembunuh jika telah meminum darah korbannya maka arwah si korban tidak
akan bergentayangan menuntut balas.
Malam itu sorak sorai para
pasukan kerajaan pun membahana, tetapi satu orang yang merasa menyesal, dialah
Joko Pandan. Karena, ia telah membunuh bapanya.
Sebenarnya, Atmo Karpo bukanlah maling biasa.
Dia adalah sosok pemberontak yang tak setuju dengan ketimpangan. Di satu sisi,
kerajaan bergelimangan harta, tapi di sisi lain rakyat hidup sengsara. Maka,
Atmo Karpo pun memilih menjadi maling kerajaan. Dia curi harta kerajaan dan
dibagikan kepada rakyat miskin.
NO
|
URAIAN
|
SKOR
|
1
|
Ketepatan siswa menjawab soal secara keseluruhan |
60
|
2
|
Siswa menjawab sebagian siswa |
30
|
3
|
Siswa menjawab soal dengan jawaban salah |
10
|
4
|
Siswa tidak menjawab soal sama sekali |
0
|
Jumlah
|
100
|
Jumlah SKOR : 100%
Bangko, Rabu 26 desember 2012
Mengetahui
Kepala SMA/MA Guru mata pelajaran
Dra. Sri mulyawanarti yessy
sri mulyani SP.d
NIP.
08012011201612 NIP. 18021992180215

1. Pengertian dan Definisi
Puisi
Menurut
Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984), puisi merupakan ragam sastra yang
bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Samuel
Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam
susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara
sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur
lain sangat erat berhubungannya, dan sebagainya.Carlyle mengatakan bahwa puisi
merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Penyair menciptakan puisi itu
memikirkan bunyi-bunyi yang merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata
disusun begitu rupa hingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu
seperti musik, yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi.
Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah
pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau
diangankan. Adapun Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan
pernyataan perasaan yang bercampur-baur.Dunton berpendapat bahwa sebenarnya
puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa
emosional serta berirama. Misalnya, dengan kiasan, dengan citra-citra, dan
disusun secara artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-katanya
tepat, dan sebagainya), dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti musik
(pergantian bunyi kata-katanya berturu-turut secara teratur).Shelley
mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam
hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan
menimbulkan keharuan yang kuat seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak,
percintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai.
Semuanya merupakan detik-detik yang paling indah untuk direkam.
Dari definisi-definisi di atas memang seolah terdapat
perbedaan pemikiran, namun tetap terdapat benang merah. Shahnon Ahmad (dalam
Pradopo, 1993:7) menyimpulkan bahwa pengertian puisi di atas terdapat
garis-garis besar tentang puisi itu sebenarnya. Unsur-unsur itu berupa emosi,
imajinas, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata
kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur.
2. Unsur-Unsur Puisi
Secara
sederhana, batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu kata, larik
, bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah
puisi. Secara singkat bisa diuraikan sebagai berikut.Kata adalah unsur utama
terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat sangat menentukan
kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang dipilih diformulasi
menjadi sebuah larik.Larik (atau baris) mempunyai pengertian berbeda dengan
kalimat dalam prosa. Larik bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula
seperti sebuah kalimat. Pada puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik
biasanya empat buat, tapi pada puisi baru tak ada batasan.
Bait
merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada
kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait biasanya empat
buah, tetapi pada puisi baru tidak dibatasi.Bunyi dibentuk oleh rima dan irama.
Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata
dalam larik dan bait. Sedangkan irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah,
panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh
perulangan bunyi secara berturut-turut dan bervariasi (misalnya karena adanya
rima, perulangan kata, perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang bergantian
keras lemahnya (karena sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek
kata. Dari sini dapat dipahami bahwa rima adalah salah satu unsur pembentuk
irama, namun irama tidak hanya dibentuk oleh rima. Baik rima maupun irama
inilah yang menciptakan efek musikalisasi pada puisi, yang membuat puisi
menjadi indah dan enak didengar meskipun tanpa dilagukan.Makna adalah unsur
tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait. Makna bisa menjadi isi
dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi penulis puisi
disampaikan.
Berikut
ini merupakan beberapa pendapat mengenai unsur-unsur puisi:
- Richards (dalam Tarigan, 1986) mengatakan bahwa unsur puisi terdiri dari (1) hakikat puisi yang melipuiti tema (sense), rasa (feeling), amanat (intention), nada (tone), serta (2) metode puisi yang meliputi diksi, imajeri, kata nyata, majas, ritme, dan rima.
- Waluyo (1987) yang mengatakan bahwa dalam puisi terdapat struktur fisik atau yang disebut pula sebagai struktur kebahasaan dan struktur batin puisi yang berupa ungkapan batin pengarang.
- Altenberg dan Lewis (dalam Badrun, 1989:6), meskipun tidak menyatakan secara jelas tentang unsur-unsur puisi, namun dari outline buku mereka bisa dilihat adanya (1) sifat puisi, (2) bahasa puisi: diksi, imajeri, bahasa kiasan, sarana retorika, (3) bentuk: nilai bunyi, verifikasi, bentuk, dan makna, (4) isi: narasi, emosi, dan tema.
- Dick Hartoko (dalam Waluyo, 1987:27) menyebut adanya unsur penting dalam puisi, yaitu unsur tematik atau unsur semantik puisi dan unsur sintaksis puisi. Unsur tematik puisi lebih menunjuk ke arah struktur batin puisi, unsur sintaksis menunjuk ke arah struktur fisik puisi.
- Meyer menyebutkan unsur puisi meliputi (1) diksi, (2) imajeri, (3) bahasa kiasan, (4) simbol, (5) bunyi, (6) ritme, (7) bentuk (Badrun, 1989:6).
Dari
beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur puisi meliputi
(1) tema, (2) nada, (3) rasa, (4) amanat, (5) diksi, (6) imaji, (7) bahasa
figuratif, (8) kata konkret, (9) ritme dan rima. Unsur-unsur puisi ini, menurut
pendapat Richards dan Waluyo dapat dipilah menjadi dua struktur, yaitu struktur
batin puisi (tema, nada, rasa, dan amanat) dan struktur fisik puisi (diksi,
imajeri, bahasa figuratif, kata konkret, ritme, dan rima).
Berdasarkan pendapat Richards, Siswanto dan Roekhan
(1991:55-65) menjelaskan unsur-unsur puisi bisa dibedakan menjadi dua struktur,
yaitu struktur batin dan struktur fisik.
a. Struktur Batin Puisi
Struktur batin puisi, atau sering pula
disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal sebagai berikut.
- Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
- Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
- Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
- Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.
b. Struktur Fisik Puisi
Struktur
fisik puisi, atau terkadang disebut pula metode puisi, adalah sarana-sarana
yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik
puisi meliputi hal-hal sebagai berikut.
- Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
- Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
- Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
- Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll, sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
- Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
- Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92]), dan (3) pengulangan kata/ungkapan. Ritma adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
- Gaya bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Gaya bahasa disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora,simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora,pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto,totem pro parte, hingga paradoks.
- Rima/Irama adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup:
- Onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.)
- Bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya
- Pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Rima sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
3. Jenis-Jenis Puisi
Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi
lama dan puisi baru.
a. Puisi
Lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh
aturan-aturan. Aturan-aturan itu antara lain :
- Jumlah kata dalam 1 baris
- Jumlah baris dalam 1 bait
- Persajakan (rima)
- Banyak suku kata tiap baris
- Irama
Ciri puisi lama:
- Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
- Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
- Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
Jenis-jenis puisi lama:
- Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
- Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
- Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
- Seloka adalah pantun berkait.
- Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
- Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
- Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
b. Puisi
Baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada
puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
Ciri-ciri Puisi Baru:
- Bentuknya rapi, simetris;
- Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
- Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
- Sebagian besar puisi empat seuntai;
- Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
- Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar): 4-5 suku kata.
Jenis-jenis
puisi baru menurut isinya, puisi dibedakan atas:
- Balada adalah puisi berisi kisah/cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya.
- Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Ciri-cirinya adalah lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau almamater (Pemandu di Dunia Sastra). Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernapaskan ketuhanan.
- Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
- Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Epigram berasal dari Bahasa Yunani epigramma yang berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
- Romansa adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Berasal dari bahasa Perancis Romantique yang berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra.
- Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Berisi sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang.
- Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik. Berasal dari bahasa Latin Satura yang berarti sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan.
Contoh dari Jenis-jenis Puisi Baru
menurut isinya:
a) BALADA
a) BALADA
Balada Terbunuhnya Atmo Karpo
Karya : W.S. Rendra
Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi
Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para
Mengepit kuat-kuat lutut menunggang perampok yang diburu
Surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang
Segenap warga desa mengepung hutan itu
Dalam satu pusaran pulang balik Atmo Karpo
Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang
Berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri
Satu demi satu yang maju terhadap darahnya
Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka.
Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal!
Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa
Majulah Joko Pandan! Di mana ia?
Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa.
Anak panah empat arah dan musuh tiga silang
Atmo Karpo tegak, luka tujuh liang.
Joko Pandan! Di mana ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Bedah perutnya tapi masih setan ia
Menggertak kuda, di tiap ayun menungging kepala
Joko Pandan! Di manakah ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa
Berberita ringkik kuda muncullah Joko Pandan
Segala menyibak bagi derapnya kuda hitam
Ridla dada bagi derunya dendam yang tiba
Pada langkah pertama keduanya sama baja
Pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo
Panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak angsoka
Malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka
Pesta bulan, sorak sorai, anggur darah
Joko Pandan menegak, menjilat darah di pedang
Ia telah membunuh bapanya
b) HYMNE
Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi
Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para
Mengepit kuat-kuat lutut menunggang perampok yang diburu
Surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang
Segenap warga desa mengepung hutan itu
Dalam satu pusaran pulang balik Atmo Karpo
Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang
Berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri
Satu demi satu yang maju terhadap darahnya
Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka.
Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal!
Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa
Majulah Joko Pandan! Di mana ia?
Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa.
Anak panah empat arah dan musuh tiga silang
Atmo Karpo tegak, luka tujuh liang.
Joko Pandan! Di mana ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Bedah perutnya tapi masih setan ia
Menggertak kuda, di tiap ayun menungging kepala
Joko Pandan! Di manakah ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa
Berberita ringkik kuda muncullah Joko Pandan
Segala menyibak bagi derapnya kuda hitam
Ridla dada bagi derunya dendam yang tiba
Pada langkah pertama keduanya sama baja
Pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo
Panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak angsoka
Malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka
Pesta bulan, sorak sorai, anggur darah
Joko Pandan menegak, menjilat darah di pedang
Ia telah membunuh bapanya
b) HYMNE
karya : Saini S.K
Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
c) ODE
Generasi Sekarang
Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
c) ODE
Generasi Sekarang
Karya : Asmara hadi
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
d) EPIGRAM
Karya : Iqbal
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
e) ELEGI
Karya : chairil anwar
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
f) SATIRE
Karya : rendra
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidad penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
c. Puisi
Kontemporer
Kata kontemporer
secara umum bermakna masa kini sesuai dengan perkembangan zaman atau selalu
menyesuaikan dengan perkembangan keadaan zaman. Selain itu, puisi kontemporer
dapat diartikan sebagai puisi yang lahir dalam kurun waktu terakhir. Puisi
kontemporer berusaha lari dari ikatan konvensional puisi iti sendiri. Puisi
kontemporer seringkali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan santun
bahasa, memakai kata-kata makin kasar, ejekan, dan lain-lain. Pemakaian
kata-kata simbolik atau lambing intuisi, gaya bahasa, irama, dan sebagainya
dianggapnya tidak begitu penting lagi.
Tokoh-tokoh puisi kontemporer di Indonesia
saat ini, yaitu sebagai berikut:
- Sutardji Calzoum Bachri dengan tiga kumpulan puisinya O, Amuk, dan O Amuk Kapak
- Ibrahim Sattah dengan kumpulan puisinya Hai Ti
- Hamid Jabbar dengan kumpulan puisinya Wajah Kita
Puisi
kontemporer dibedakan menjadi 3 yaitu
- Puisi mantra adalah puisi yang mengambil sifat-sifat mantra. Sutardji Calzoum Bachri adalah orang yang pertama memperkenalkan puisi mantra dalam puisi kontemporer. Ciri-ciri mantra adalah:
- Mantra bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk dipahami melainkan sesuatu yang disajikan untuk menimbulkan akibat tertentu
- Mantra berfungsi sebagai penghubung manusia dengan dunia misteri
- Mantra mengutamakan efek atau akibat berupa kemanjuran dan kemanjuran itu terletak pada perintah.
- Puisi mbeling adalah bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang dimaksud ialah ketentuan-ketentuan yang umum berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul pertama kali dalam majalah Aktuil yang menyediakan lembar khusus untuk menampung sajak, dan oleh pengasuhnya yaitu Remy Silado, lembar tersebut diberi nama "Puisi Mbeling". Kata-kata dalam puisi mbeling tidak perlu dipilih-pilih lagi. Dasar puisi mbeling adalah main-main. Ciri-ciri puisi mbeling adalah mengutamakan unsur kelakar; pengarang memanfaatkan semua unsur puisi berupa bunyi, rima, irama, pilihan kata dan tipografi untuk mencapai efek kelakar tanpa ada maksud lain yang disembunyikan (tersirat).
- Puisi konkret adalah puisi yang disusun dengan mengutamakan bentuk grafis berupa tata wajah hingga menyerupai gambar tertentu. Puisi seperti ini tidak sepenuhnya menggunakan bahasa sebagai media. Di dalam puisi konkret pada umumnya terdapat lambang-lambang yang diwujudkan dengan benda dan/atau gambar-gambar sebagai ungkapan ekspresi penyairnya.
4. Menganalisis Puisi
Ada 2 teknik menganalisa puisi. Yaitu:
a. Menyebutkan tema puisi
Tema puisi
adalah dasar, jiwa, atau isu utama yang menjadi pijakan terciptanya puisi. Tema
puisi merupakan salah satu unsur intrinsik puisi. Unsur intrinsik puisi adalah
unsur-unsur yang ada dalam puisi, baik tersurat maupun tersirat. Unsur-unsur
tersebut, antara lain,tema, diksi, rima, makna, dan amanat. Untuk memahami tema
puisi, Anda harus memahami unsur-unsur intrinsik puisi tersebut.
b. Menjelaskan makna puisi
Makna puisi
adalah arti atau maksud atau isi yang terkandung dalam puisi yang dapat
ditangkap oleh pembaca sesuai tingkat pengalaman dan pengetahuannya. Oleh
karena itu, makna puisi akan berbeda-beda manakala penafsirnya tidak sama.
Bahkan, bukan tidak mungkin akan bertolak belakang. Dalam penafsiran, pasti
akan ada unsur subjektivitas. Kedewasaan, kemantapan pengalaman, dan
pengetahuan penafsir akan menentukan mutu rumusan makna puisi. Dengan demikian,
hanya penyairnya yang tahu makna persis puisi tersebut.
Beberapa hal yang berkaitan dengan apresiasi puisi
adalah pemahaman terhadap unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik puisi
meliputi tema, diksi, bait/larik, rima, makna, amanat. Adapun unsur
ekstrinsiknya adalah latar belakang penulis, keadaan masyarakat pada saat puisi
tersebut digubah, sosial, politik, adat, dan sebagainya.
5. Membaca
Puisi
Membaca puisi
merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mengapresiasi atau
menghargai, menghayati, dan menikmatinya. Dalam pembacaan puisi perlu
diperhatikan lafal, tekanan/stres, intonasi, volume suara, dan
penampilan/performa yang mencakup gaya dan sikap (untuk pembacaan yang
disaksikan langsung atau di atas panggung).
- Lafal adalah cara seseorang mengucapkan atau menuturkan bunyi bahasa. Jika lafal seseorang baik, aka bunyi bahasa yang diucapkannya akan mudah dan jelas ditangkap oleh pendengar.
- Tekanan/stres/aksen adalah keras lembutnya pengucapan kata, kalimat, atau baris dalam puisi. Maksud adanya aksentuasi adalah untuk menegaskan bagian-bagian yang dirasa lebih penting daripada bagian lain.
- Intonasi atau lagu kalimat adalah ketepatan tinggi rendah nada dalam pembacaan puisi sehingga suara pembaca tidak monoton tetapi berirama. Intonasi sebenarnya merupakan gabungan dari berbagai unsur, di antaranya nada, tempo, irama/ritme, tekanan, dan volume suara.
MATERI PELAJARAN YANG DIBAHAS
Herman J.Waluyo dalam
bukunya apresiasi puisi pelajar dan mahasiswa (2003:1) menyatakan bahwa puisi
adalah karya saatra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi
rima dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Puisi
sebagai salah satu karya sastra memiliki ciri-ciri yang juga dimiliki karya
sastra yang lain, yaitu bahasa yang imajinatif. Ini merupakan ciri khas puisi
karena kekuatan puisi terletak pada kata-katanya. Sebagai contoh berikut
adalalah sebuah puisi yang akan ditentukan temanya, jenis puisinya, isi yang
terkandung didalam puisi dan maksud puisi tersebut.
Pesan Bumi
Andai bukan 5 miliar manusia menghuni bumi
melainkan 5 miliar binatang tak punya hati
traumakah kau?
setiap jengkal (tanah) yang kau temui
adalah kehancuran hari esok
perut bumi dibor dan diledakkan
membagi kotoran
atas tanah, sungai, laut, udara
Di sana ada hujan asam
ozon pun rusak
bumi makin panas
berapa waktu yang kenal usia
berapa umat yang perlu dibudidayakan
agar tak cemaskan kecemaran lingkungan
Sadarlah!
bahwa kehidupan dan alam ada dalam satu harmoni
mestinya dijaga kelestariannya
(Jarot Wuryanto-Bogor)
Sumber:
Apresiasi Puisi remaja: Catatan mengolah Cinti, Riris K. Toha
Sarumpaet,
Gransindo. Jakarta, 2002:224
a)
Menentukan
jenis puisi
Tahap pertama yang
dilakukan adalah menentukan jenis puisi apa yang dibacakan, jenis puisi baru
berdasarkan isinya adalah sebagai berikut:
a) Balada adalah puisi berisi
kisah/cerita
b) Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan
c) Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa
d) Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup
e) Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih
f) Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan
g) Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik
b) Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan
c) Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa
d) Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup
e) Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih
f) Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan
g) Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik
setelah melihat secara
keseluruhan jenis puisi maka dapatlah di tentukan jenis apa puisi tersebut,
yakni puisi di atas merupakan jenis puisi “ Epigram” yakni puisi yang berisi
tentang ajran hidup
`
b)
Menentukan
Tema Puisi
Tahap
berikutnya adalah menentukan tema puisi tersebut. Puisi mengandung informasi,
baik berupa informasi kejadian atau peristiwa yang diolah oleh penyair.
Peristiwa itu bukan peristiwa biasa, melainkan peristiwa yant telah dipikirkan
dan direnungkan. Pemikiran dan perenungan itu didasari pula oleh falsafah
hidup, lingkungan, agama, pekerjan, serta pendidikan penyair, informasi inti
inilah yang kemudian kita kenal dengan tema puisi.
Untuk penentuan tema, yang pertama kita lakukan adalah
melengkap setiap baris bait puisi dengan kata atau frase sehingga membentuk
kalimat. Proses ini dilakukan terhadap sejumlah baris dan bait, dengan kata
lain, baris menghasilkan paragraf. Kemudian, kita parafrasakan hasil pada tahap
tadi ke dalam bentuk prosa dengan bahasa kita sendiri.
Tema puisi diatas adalah “Lingkungan”
c)
Menentukan
isi pusi
Tahap berikutnya adalah
menentukan isi puisi, puisi tersebut berisi tentang apa dan kejadian yang
digambarkan seperti apa. Semua itu teramkum secara keseluruhan.
d) Menentukan
maksud puisi
Penyair melalui karyanya ingin menyampaikan sesuatu
kepada pembaca. Penyampaian tersebut dilakukan dengan caranya sendiri. Di balik
pengungkapan itu ada makna yang hendak disampaikan kepada pembaca.
Penyair memiliki maksud
dan tujuan tertentu dalam menulis puisi. Bisa sekedar memenuhi kebutuhan
pribadi, bisa pula kepentingan untuk pembaca. Maksud dan tujuan ini biasanya
tegantung pula pada pengalaman pribadinya. Misalnya, penyair yang berprofesi
sebagai guru pada umumnya pesan yang hendak disampaikan berupa hal-hal yang
bersifat mendidik para pembaca.